AMIR HAMZAH DT TUNGGAL (My Grandpa)
Memasuki bulan suci Ramadhan kali ini, Saya rindu akan sosok seorang kakek Alm. Amir Hamzah Dt Tunggal. Semoga amal ibadah beliau diterima disisi Allah SWT. Amin. Dan kerinduan inilah yang membuat saya segera memposting tulisan dibawah ini.
RIAU DALAM SEJARAH (bagian 1)
Amir Hamzah Dt
Tunggal
Pejuang, Pendidik dan Ulama
Oleh Hilal Basyir SH
Pengantar
Redaksi
Pengungkapan
Riau Dalam Sejarah, ternyata mendapat sambutan dari beberapa pihak, terutama
generasi muda di Propinsi Riau ini. Terbukti dengan adanya surat surat
tanggapan maupun dengan mendatangi langsung Redaksi. Apa yang disajikan
sebenarnya hanyalah sebagian kecil saja dari peristiwa peristiwa heroik selama
perjuangan kemerdekaan itu. Kami tidak ingin menonjolkan pribadi pribadi, sebab
pada dasarnya kita semua adalah pejuang. Adapun pribadi yang kami tampilkan itu
secara kebetulan saja pada tahun tahun perjuangan itu sedang berada pada usia
dan kondisi yang memungkinkan ia menjadi pelaku aktif dalam sejarah.
Itulah
dasar pikiran kami, nomor ini kami tampilkan
sejarah
orang tua kita H.Amir Hamzah yang lebih dikenal dengan panggilan Datuk Tunggal.
Banyak lagi pribadi pribadi yang berjuang seperti Amir Hamzah, namun pada
kesempatan ini kami turunkan tulisan ini untuk 2 x penerbitan sambil menunggu
kiriman lain untuk mengisi Riau Dalam Sejarah ini. Sekaligus untuk bernostalgia
bagi mantan pejuang yang kini sudah melewati masa senja.
BELIAU
bernama Amir Hamzah gelar Datuk Tunggal, bersama dengan tokoh tokoh lainnya
seperti Marah Halim Harahap Komandan Batalyon Daerah Riau Selatan (mantan
Gubernur Sumatera Utara), Saat Umar Komando Pos Corp AD Front A dan Staf
Perbekalan Gerilla I Riau Selatan,H.Umar Amien Husin, Hasanul Arifin, Sarjono,
Ilyas Yamin, Umar Usman, Mokam, Raja Rusli, Ibad Amien, Ismail Umar,
H.Abdul
Rauf, Ali Madina Dt Somgo, Mohd.Lisin, Tulus, Ali Machmud, Roham Kari, Zainal
AM, Fatimah Hadi, Nazaruddin serta banyak lagi
yang
tak tersebut satu persatu yang berjuang mati matian membela panji kemerdekaan
di Riau Selatan. Menelusuri berbadai bidang, karya dan jabatan yang diceburinya
membuktikan bahwa ia tak pernah berhenti memberikan sumbangsihnya kepada Negara
dan bangsa.
Karir
dan jabatan
Awal
karir Amir Hamzah Dt Tunggal dimulai dengan menjadi guru bahasa Belanda dan
bahasa Inggris pada Soematera Thawalib Parabek di Bukitinggi. Setelah beliau
pindah ke Riau (Bengkalis) pada tahun 1942, diangkat menjadi Kepala Sekolah
H.I.S Muhammadyah di Bengkalis. Pada pertengahan 1945 bekerja sebagai pegawai
Jepang dengan pangkat Koin sampai Tokoninti dibagian Suiroka dan Doboku sebagai
Kepala Bagian Keuangan (di Pekanbaru). Awal 1945 dikirim untuk mengikuti Gunsei
Gakko oleh Riau Syu Gunsebu dari utusan Bunsyu (kabupaten kabupaten). Beliau
dikirim mengikuti Gunsei Gakko sebagai utusan dari kota Pekanbaru bersama
dengan sdr Damanik ke Batusangkar. Sekembalinya dari Gunsei Gakko ditempatkan
dibagian pendidikan dan keagamaan, jabatan ini berlanjut sampai masa
kemerdekaan. Pada tanggal 18 September 1945 diangkat sebagai Sekretaris II
Komite Nasional Indonesia untuk daerah Riau di Pekanbaru, (Sekretaris I, Tengku
Akasyah). Oleh Gubernur Sumatera pada tahun 1946 dipindahkan keperintahan dalam
negeri sebagai pamong yaitu menjadi Kepala Kewedanaan Pelalawan Kabupaten
Kampar. Pada bulan Juli 1947 dipindahkan ke Rengat menjadi Wedana d/p Bupati
merangkap jabatan Wakil Bupati Inderagiri (waktu itu Kabupaten Inderagiri belum
dibagi dua). Pada Akhir tahun 1947 berdasarkan Keputusan Komisi Negara Urusan
Dalam Negeri di Sumatera beliau diangkat menjadi Bupati Kepala Daerah Kabupaten
Inderagiri menggantikan Bupati sebelumnya (Encik Ali) yang telah memasuki masa
pensiun. Pada akhir tahun 1948 jabatan Bupati ini dipersoalkan dan mendapat
sanggahan dari Gubernur Sumatera. Karena Gubernur beranggapan bahwa
pengangkatan pegawai negeri dengan pangkat Bupati adalah wewenang Gubernur
Kepala Daerah Otonom dan bukan wewenang Komisi Negara; dan dipandang dari segi
umur, Amir Hamzah Dt Tunggal pada masa itu memang masih terlalu muda yaitu
berumur 34 tahun. Dengan sanggahan dari Gubernur tersebut, ia dikembalikan
kestatus Wedana dikewedanaan Taluk Kuantan (sebelum clash ke II).Dengan Surat
Keputusan Gubernur Militer dalam clash II Amir Hamzah Dt Tunggal diangkat
sebagai Dirigerend Teritorial Officier koordinator dua KPG (Komando Pangkalan
Gerilla) Kantan Hulu dan Kuantan Hilir. Pada bulan Juli 1949 sampai pada
Pengakuan Kedaulatan, diangkat selaku Kepala Pemerintahan Umum dan Keuangan
Inderagiri Hulu dan Kampar Selatan (indeling darurat). Sewaktu Pengakuan
Kedaulatan akhir Desember 1949 beliau melaksanakan timbang terima Kabupaten
Inderagiri dari Asisten Residen Belanda (TBA); setelah timbang terima Kabupaten
Inderagiri, dia diperintahkan mengikuti pendidikan pada Sekolah Pamong Praja
Kementrian Dalam Negeri di Bukittinggi. Pada pertengahan 1950 ditunjuk sebagai
Wedana d/p Bupati Kampar sekaligus menjadi Kepala Bagian Agraria di Pekanbaru.
Pada tahun 1952 (?) diangkat menjadi Wedana Tanjung Balai Karimun. Dari Agustus
1954 sampai dengan Nofember 1954 menjadi wedana untuk daerah mekanisasi
pertanian Simpang Empat Pasaman. Pada Nofember 1954 sampai Februari 1956
menjadi Patih (hakekatnya Wakil Bupati) Kabupaten Kampar dengan Bupati Ali
Lubis. Dari bulan Maret 1956 sampai tahun 1958 menjadi Kepala Biro Politik
Sumatera Tengah di Bukittinggi.
Memanusiakan
manusia
Adalah prinsip keagamaan yang dijadikan motto oleh Amir Hamzah Dt Tunggal dalam peran
sertanya sebagai salah seorang tokoh pergerakan, yaitu “berjuang untuk
mencapai, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan haruslah mempunyai landasan
berfikir bahwa menghapuskan kerusakan mestilah didahulukan dari usaha membangun
(fisik)…”. Dengan dasar prinsip ini sewaktu beliau menjadi wedana d/p Wakil
Bupati (Juni 1947 s/d November 1947) dan Bupati Kepala daerah Tk II Kabupaten
Inderagiri (Desember 1947 s/d Agustus 1948) tercatat pijar sejarah yang takkan
mungkin dilupakan didaerah Inderagiri yaitu suatu usaha memanusiakan manusia.
Kota Rengat sekitar tahun 1947 dibanjiri oleh para gelandangan yang umumnya
berasal dari bekas pekerja pekerja tambang emas di Logas, tubuh mereka hanya
tinggal kulit pembalut tulang, berkudis, bertokak yang penuh dengan nanah.
Mereka berkeliaran dipasar pasar, disamping kotoran kotoran yang berserakan
dimana mana, mereka mencari makan didalam keranjang keranjang sampah. Karena
keuangan Negara pada waktu itu benar benar sulit, hal ini membuat Amir Hamzah
merasa prihatin dan merasa bertanggung jawab sebesar besarnya terhadap mereka.
Perjuangan kemerdekaan pergerakan dari seluruh masyarakat, maka perbaikan
masyarakat perlu segera diadakan. Dengan mengundang Kepala Rumah Sakit, Kepala
PU, Kepala Jawatan Soaial dll pertemuan kilatpun diadakan. Dimulai dengan
perintah agar para gelandangan masuk kedalam penampungan yaitu gudang milik PU
untuk di perbaiki fisik dan mental yang pada saat itu benar benar labil. Para
gelandangan itu pertama tama diberi pengobatan yang pengadaannya diambil dari
persediaan yang ada di Rumah Sakit serta sumbangan dari anggota masyarakat yang
mempunyai kelebihan obat. Kepada Kepala Jawatan Sosial diperintahkan untuk
mengurus bahan bahan makanan, pakaian pakaian sampai kepada tata cara
pengaturan hidup mereka. bagi para gelandangan (saat itu berjumlah 38 orang)
diberikan makan dua kali sehari dengan sarapan pagi bubur kacang hijau. mereka
diharuskan bekerja, yang perempuan disuruh masak, menumbuk padi, menjahit,
membuat anyam anyaman dan keranjang keranjang sampah untuk dijual. Setiap mandi
pagi dan sore para gelandangan itu digiring kesungai oleh petugas. Setelah enam
bulan dicapai kemajuan, cara hidup mereka mulai normal, kesehatan dncara
berfikir mereka mulai baik. Kalau boleh penulis mengatakan bahwa ini adalah
suatu humanism of revolution, karena mereka diangkat dari jurang kematian.
Bupati
yang jadi Wedana
Pada
akhir 1947 Komisi Negara Urusan Dalam Negeri untuk Sumatera (Soepeno)
mengangkat beliau menjadi Bupati penuh Kabupaten Inderagiri namun karena ada
pertikaian (soal) wewenang dalam hal pengangkatan antara Gubernur Sumatera
(Mr.T.M Hasan) dengan Komisaris, beliau dikembalikan keposisi wedana pada bulan
Agustus 1948 (bukan keposisi Wakil Bupati), tapi demi perjuangan beliau tidak
mempersoalkannya. Pada tahun 1954 yaitu setelah enam tahun sejak penurunan
pangkat tersebut, Gubernur baru (Ruslan Muljo Hardjo) pernah menyuruh Amir
Hamzah Dt Tunggal untuk mengajukan apologie (sanggahan) agar mengajukan kembali
untuk menduduki jabatan Bupati, tapi beliau tak mengajukannya. Ada beberapa hal
yang perlu dicatat dengan penurunan pangkat tersebut; Pertama, peran sertanya
dalam perjuangan menjadikan dia seorang tokoh yang bermental baja sehingga dia
tak merasa kecil hati dengan hal tersebut, dan tidak mempersoalkan apa apa yang
telah menjadi policy atasannya (Gubernur); Kedua, dengan penurunan pangkat
tersebut, Bupati Inderagiri dijabat oleh Bupati Tulus (ayah angkat penyair
Chairil Anwar), namun Tuhan telah menggariskan takdir yang tak dapat diduga
oleh umatnya. Beberapa saat setelah itu Agresi Militer II terjadi, Belanda
datang menyerbu kota Rengat (Inderagiri), Bupati Tulus tertembak dan gugur
sebagai kesuma Negara. Ketika penulis menanyakan perasaan beliau (Amir Hamzah)
tentang kejadian tersebut, dia terdiam sejenak…,lalu dengan hati hati beliau
menjawab “saya bahagia Tuhan menyelamatkan nyawa saya, tapi saya sangat terharu
kenapa beliau (maksudnya Bupati Tulus) yang harus gugur..,?”; ketiga, karena
memang (fakta) pernah menjadi Bupati Inderagiri, maka dengan Surat Keputusan
Bupati Inderagiri Hulu nomor 05/Kepeg/1980 tanggal 18 Juli 1980, setelah
mendapat persetujuan Gubernur Kepala Daerah Tk I Propinsi Riau, maka keluarlah
Surat Keputusan BAKN nomor 0403/KDH-II/S/1980 tanggal 11 September 1980 tentang
penyesuaian pokok gajinya dalam kedudukan Bupati Kepala Daerah Tk II Kabupaten
Inderagiri Hulu terhitung 1947 s/d akhir1948.
Sumpah
setia pada RI
Setelah
dipindahkan menjadi Wedana di Taluk Kuantan pada akhir 1948, Agresi Militer
Belanda ke II pun terjadi, oleh Gubernur Militer (RM Oetoyo) Amir Hamzah Dt
Tunggal segera diangkat sebagai Dirigent territorial Officier yang
mengkoordinir dua Komando Pangkalan Gerilla (KPG) yaitu Kuantan Hulu dan
Kuantan Hilir. Dalam situsi yang tidak stabil itu, pendekatan kepada rakyat
terutama kepada para pemuda perlu diadakan, kalangan pemuda harus selalu berada
dipihak republik, maka langkah pertama beliau selaku dirigen territorial
officier bersama sama dengan tokoh tokoh lainnya sperti H Umar Amien, H Abdul
Rauf (sekarang Profesor Doktor) dan lain lain ialah ; mengumpulkan pemuda
pemuda di Taluk Kuantan untuk menggucap ikrar dan mengangkat sumpah setia
kepada Pemerintah Republik Indonesia. Setelah para pemuda terkumpul, dengan
penuh semangat para pemuda melafazkan pernyataan sumpah setia tanpa ada tekanan
sekecil apapun dan oleh siapapun. Dengan tulus, dengan perasaan haru, dengan
penuh jiwa patriotik, meskipun apa yang terjadi dihadapi dengan berani dan
penuh rasa tanggung jawab.
Memakan
bangkai kerbau
Dalam
keadaan darurat, dalam keadaan keluar masuk hutan karena diserang dan menyerang
pihak Belanda. Amir Hamzah Dt Tunggal tetap tidak meninggalkan tugas
kemanusiaan yang dianggapnya sebagai suatu kewajiban dan karena beliau juga
menganggap revolusi adalah demi kemanusiaan yaitu untuk melepaskan diri baik
dari belenggu penjajahan maupun dari himpitan kehidupan yang berat.
Sebagaimana
halnya dengan di Rengat, di Taluk Kuantanpun terdapat tidak kurang dari 40
orang fakir miskin dan anak anak yatim (terlantar) yang berkudis, berkurap,
bertokak bernanah yang berkeliaran setiap hari dipasar pasar dan kampung
kampung. Dengan mata kepalanya sendiri dia melihat beberapa orang gelandangan
berebut bangkai kerbau yang tersangkut dipinggiran sungai untuk dimakan karena
tong tong sampah dipasar sudah tidak menyediakan lagi sisa sisa makanan.
Seirama dengan perasaan bathinnya, sesuai dengan azas keadilan dan kerakyatan
bahwa fakir miskin dan orang orang terlantar dipelihara oleh Negara, maka Amir
Hamzah Dt Tunggal dengan atas nama negara mengumpulkan mereka disebuah gudang.
Dengan dibantu isterinya, seorang pembantu rumah tangga (sdr Hok keturunan
Cina), seorang dokter(?) dari Balai Kesehatan dan beberapa orang lainnya, para
gelandangan itu langsung diberi pelayanan kesehatan dan bahan bahan makanan,
dan dia sendiri (Amir Hamzah) langsung mencukuri rambut mereka. Peperangan
terus berlangsung, keluar masuk hutan setiap hari menyerang dan di serang tak
henti hentinya. Mungkin agak lucu kedengarannya, ditengah tengah suasana perang
yang sedang berkecamuk dan pada kesempatan yang hanya sewaktu waktu serta
sempit sekali, dia datang kegudang untuk mengobati kudis, kurap dan tokak para
gelandangan tersebut. Ketika penulis menanyakan kepada Bp Amir Hamzah “mengapa
harus bapak sendiri yang mengobati, kalau mereka sudah diberi obat mengapa mereka
tidak dibiarkan atau disuruh mengobati diri sendiri..?”, beliau menjawab “para
gelandangan itu sebenarnya sudah apatis pada keadaan, mereka hanya menunggu
kematian, dari segi kejiwaan mereka itu sudah labil dan suasana perang membuat
mereka semakin menderita…”. Inilah suasana kenyatan sejarah, bahwa kekerasan
bersenjata tidak membutakan mata hati Amir Hamzah Dt Tunggal.
Hukum
mati untuk pengkhianat.
Pada
suatu hari di Lubuk Djambi tertangkap seorang kaki tangan NICA oleh para
gerilya Indonesia. Oleh Kepala Intelijen Taluk Kuantan diantarkan kepada
Koordinator Pangkalan Gerilla Kuantan Hulu/Hilir Amir Hamzah Dt Tunggal, beliau
segera mengadakan rapat dilapangan Lubuk Djambi. Selesai rapat segera diadakan
sidang (pengadilan) darurat untuk mengadili perkara pengkhianatan tersebut.
Seorang anggota kepolisian (Ilyas Yamin) seketika diangkat sebagai Jaksa
Militer, Komandan Pangkalan Militer daerah Kuantan Hulu (H Abdul Rauf)
dihubungi melalui telpon tapi beliau berhalangan hadir karena ada tugas yang
tak bisa ditinggalkan tetapi H Abdul Rauf menyetujui semua keputusan/vonis yang
akan dijatuhkan pada sidang darurat tersebut. Dengan disaksikan oleh beberapa
petugas dan pejabat seperti Camat Militer Lubuk Djambi Ibad Amien, Wakil Camat
Militer Ali Machmud, H Ismail Umar, Hasanul Arifin dan
seorang pejabat Kepala Urusan Agama sidangpun dimulai. Putusan diambil dengan
didasarkan kepada
1. Penjelasan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
2. Masuknya beberapa kesaksian kesaksian oleh para gerilya dan anggota masyarakat
tentang pengkhianatan yang dilakukan tertuduh
3. Pengakuan yang dinyatakan oleh
tertuduh (sesuai kesaksian) yaitu telah membantu NICA sebanyak 20 kali
4. Agar
tindakan pengkhianatan itu tak diikuti oleh yang lainnya
5. Pertimbangan agar tidak
ada tindakan liar yang diambil oleh para gerilya republic yang merasa marah dan
sakit hati atas pengkhianatan tersebut
6. Sempitnya waktu karena situasi dan
kondisi perang, mengharuskan penjatuhan hukuman mati kepada pengkhianat bangsa.
Sesudah selesai siding darurat, pengkhianat itu menerima padahnya merelakan
nyawanya direnggut dengan sekali pancungan pedang karena telah menodai
perjuangan.
PEKANBARU
RIAU
POS (Minggu IV Januari 1990)
RIAU
DALAM SEJARAH (bagian 2)
Amir
Hamzah Dt Tunggal
Pejuang,
Pendidik dan Ulama
Oleh Hilal Basyir
Rencana
pembunuhan Marah Halim
Pada
sekitar bulan Maret 1949 datanglah Camat Militer Lubuk Ambacang H Ismail Umar,
Wali Militer Ali Madina Dt Somgo dan sdr Mokam Ketua Badan Pegawai Negeri dan
Kota (BPNK) melaporkan bahwa Komandan Batalyon Invantri Riau Selatan Marah
Halim Harahap telah membuat suatu keputusan eigen rechting (main hakim sendiri)
yaitu telah menampar sdr. Ja’a tukang masak dapur umum. Hal ini telah
menimbulkan kemarahan dikalangan BPNK. Anggota anggota BPNK merencanakan akan
membunuh Marah Halim dan membuangnya kesungai kalau masalahnya tidak dapat
diselesaikan dengan baik. Amir hamzah sangat terkejut mendengar rencana anggota
anggota BPNK tersebut. Setelah diusut kedudukan yang sebenarnya, rupanya Marah
Halim yang baru darang dari front merasa sangat lapar dan ketika ia beserta
rombongannya meminta nasi kedapur umum, nasi belum dimasak. Amir Hamzah selaku Digerent Territorial Officier yang mengkoordinir Pangkalan Gerilya Kuantan Hulu
dan Hilir, segera memanggil dan mempertemukan kedua belah pihak yang
berselisih, kepada kedua belah pihak diberikan pengertian. Kepada BNPK dan
anggota dijelaskan bahwa dalam keadaan perang segala sesuatunya berada ditangan
militer, seandainya komandan militer dibunuh maka perjuangan akan bertambah
sulit dan kita akan Perang saudara, kedua, kepada Marah Halim dinasehatkan
supaya dapat berlapang dada dan tidak mudah melakukan kekerasan untuk hal hal
yang tidak prisipil, apalagi terhadap sesama pejuang, karena Marah Halim sudah
terlanjur diminta kesediaannya meminta maaf, ketiga, kepada wali militer
diperintahkan agar selalu memonitor pelaksnaan dan persiapan dapur umum dalam
melayani kepentingan perjuangan, dan kalau kehabisan bahan makanan segera
dipinjam kerumah rumah masyarakat yang nantinya akan kita ganti. Marah Halim
bersedia minta maaf dan wali militer serta anggota BPNK bersedia memberi maaf
serta mengurungkan niat mereka, kedua belah pihakpun bersalaman. Dan memang
perjuangan mencapai, mempertahankan serta mengisi kemerdekaan tidak menghendaki
perpecahan maka perselisihan dan kesalah pahaman harus dapat diatasi. Sebab
Amir Hamzah tahu, lemahnya perjuangan jelas disebabkan tidak adanya persamaan
dan kesatuan.
Pembagi
uang & penerima Inderagiri
Agresi
militer Belanda masih berlangsung dan keadaan semakin rumit, keadaan keuangan
daerah begitu sukarnya diatur. Pengeluaran uang
harus sangat diperhemat, kepentingan perjuangan pada saat itu selangkah harus
didahulukan dibandingkan kepentingan lainnya. Tepatnya pada bulan Juli 1949
Amir Hamzah menerima tugas berat, beliau diputuskan untuk menjadi Kepala
Pemerintahan Umum dan Keuangan Inderagiri Hulu dan Kampar Selatan (indeling
darurat). Tugas ini dapat dikatakan berat karena dalam keadaan darurat, situasi
perekonomian yang tak stabil, sirkulasi uang yang tidak teratur, peperangan
belum berhenti, dia diharuskan mengatur peredaran uang. Disatu pihak harus
diadakan penjimatan, sedang dilain pihak keperluan untuk perjuangan mesti
diutamakan. Memang rumit, tetapi sebagai seorang pengabdi Amir Hamzah tidak
pernah menolak tugas, ia bertanggung jawab atas kewenangan yang dilimpahkan
yaitu untuk mengatur dan memberi izin pengeluaran uang, bahkan Gubernur Militer
(RM Oetojo) terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Amir Hamzah untuk mendapatkan
uang dana pemerintahan dan perjuangan, tugas ini dijabatnya sampai Desember
1949. Pada akhir Desember1949 setelah selesai Konferensi Meja Bundar di Den
Hag, setelah Konstitusi Indonesia Serikat dirumuskan di Scheveningen, sewaktu
Pengakuan Kedaulatan oleh pemerintahan Belanda, beliau melaksanakan timbang
terima Kabupaten Inderagiri dengan Asisten Residen Belanda (TBA). Ketika
penulis menanyakan kepada beliau “kenapa harus disebut timbang terima, bukankah
pemerintahan umum betul betul hanya dipegang oleh bangsa Indonesia
sendiri……….?” “ah itukan hanya politis..,yang mereka anggap sebagai penyerahan
itu sebetulnya benar benar hanya PENGAKUAN atas KEDAULATAN INDONESIA; Parlemen
Negara Negara Eropa dan PBB sudah mengetahui belang mereka, kita mengadakan timbang
terima hanya sebagai suatu political ceremony.
Gedung
Nasional Pertama di Sumatera & Transmigrasi
Suriname
Setelah
memangku jabatan Kepala Agraria Kabupaten Kampar (1950 s/d 1952). Amir Hamzah
dipindahkan menjadi Wedana Tanjung Balai Karimun. Ada suatu karya besar yang
dibuat beliau di Tanjung Balai Karimun yaitu pembangunan baru (pebangunan baru)
Gedung Nasional . sampai saat ini kalau kita ke Tanjung Balai Karimun, kita
akan dapat melihat sebuah bangunan kokoh yang didepan pintu masuknya terdapat relief
perjuangan merebut kemerdekaan. Gedung Nasional Ini ialah gedung nasional
pertama di Sumatera. Untuk jadi pemahaman kita bahwa di Bukittinggi saja yang
menjadi pusat pemerintahan yang dijadikan gedung nasional ialah sebuah gedung
pertemuan Belanda (gedung belvadre). Menteri PDK saat itu (Mohd.Syafei) didepan
Gubernur Roeslan Muljohardjo, Wali Kota Padang Dr Rasjidin dan ia sendiri (Amir
Hamzah) mengakui dengan jujur bahwa gedung nasional Tanjung Balai Karimun adala
suatu karya besar, suatu karya nasional yang penting, karena usaha membangun
baru (pada saat itu) sulit untuk dilaksanakan ini adalah berkat kegigihan Amir
Hamzah Dt Tunggal.
Selesai
tugas di Tanjung Balai Karimun, beliau dipindahkan lagi menjadi wedana Simpang
Empat Pasaman. Sewaktu pelaksanaan program transmigrasi asal Suriname ke
Pasaman, Amir Hamzah Dt Tunggal berhasil membina pemukiman baru yang cukup baik
untuk warga transmigrasi tersebut.
Pendidik
yang menguasai beberapa
bahasa asing
Dengan
SK penunjukan/penetapan dari Verklaring Kpb. Agam Tuo, Amir Hamzah ditetapkan
sebagai guru bahasa Belanda dan bahasa Inggris di Sekolah Sumatera Thawalib
Parabek pada tahun 1934 sebetulnya penunjukan ini agak kontroversial, karena
yag ditunjuk (Amir Hamzah) sekaligus adalah murid sekolah tersebut, kecuali
pelajaran yang diajarkannya, dan karena dia memang mempunyai bakat yang besar
dalam penguasaan bahasa serta mempunyai hasrat besar terhadap kemajuan
pendidikan, ternyata dia mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Sewaktu
pindah kedaerah Riau (Bengkalis), beliau masih tetap menunjukan peran serta
dibidang pendidikan. Dengan Keputusan dari Ketua Majelis Pengajaran
Muhammadiyah Bengkalis pada tahun1940 beliau diangkat menjadi Kepala H.I.S
Muhamadiyah Bengkalis sampai pada saat Jepang memasuki kota Bengkalis.
Mengetahui kemampuannya berbahasa, Jepang pada tahun 1942 memanfaatkannya untuk
menjadi penterjemah politik politik kontrak didaerah Siak Sri Inderapura, Deli
Serdang, Rokan Dalu Dalu dll dari bahasa Belanda kebahasa Jepang. Sumbangsihnya
terhadap dunia pendidikan masih tetap dia berikan sekembalinya dari Gakko
Colegs dimana pada awal1945 beliau diangkat menjadi Pengawas Pendidikan dan
Urusan Keagamaan di Pekanbaru sampai pada saat proklamasi kemerdekaan. Berbekal
dari pendidikan pendidikan yang pernah diterimanya ditambah dengan daya
ingatnya yang cukup kuat, Amir Hamzah menguasai beberapa buah bahasa asing
seperti bahasa Belanda, bahasa Jerman. Bahasa Perancis, bahasa Jepang, bahasa
Inggris dan bahasa Arab. Pendidikan pendidikan yang pernah ditempuhnya antara
lain; Fro”bel School, Gesubsidier de his Vereniging Studie Fondo Minang Kabau
(V.S.M), Mulo School Afd, met Vreende Talen disamping Engels juga bahasa
Perancis dan bahasa Jerman, F.C Gijsen Groto leercursus de Engelse Taal, Franse
Taal en Duitse Taal, Sekolah Agama Soematera Thawalib Parabek, Gunsei Gakko
Colege dan Sekolah Pamong Praja.
Sejak
dari remaja sampai saat ini (1990) beliau memasuki umur 77 tahun (lahir
Desember 1913) kemampuan berbahasa asingnya masih tetap dimanfaatkannya. Lembaga
pendidikan dan sekolah sekolah yang pernah memanfaatkan tenaga beliau sebagai
pengajar bahasa antara lain ialah; SMAN II Pekanbaru (bahasa Jepang), SMA
Serirama Pekanbaru (bahasa Inggeris), Soematera Thawalib Parabek Bukittinggi
(bahasa Belanda dan Inggeris), SMP Islam YLPI Pekanbaru (bahasa Inggris),
Yayasan Pendidikan Bahasa Jepang Pekanbaru, Akademi Administrasi dan Manajemen
Pekanbaru (bahasa Inggeris), SMAN III Rumbai (bahasa Jerman), SMA Setia Dharma
Pekanbaru (bahasa Jerman), H.I.S Muhammadyah Bengkalis (bahasa Belanda),
Perguruan Al Irsjad Pekanbaru (bahasa Arab), SKKA YKWI Pekanbaru (bahasa
Inggris), Akademi Bahasa Asing YKWI Pekanbaru (bahasa Arab), F.Hukum UIR
(bahasa Belanda), F. Usuludhin UIR Pekanbaru (administrasi inggris). Saat ini
beliau hanya mengajar (dosen) pada Fak.Hukum, Fak.Usuluddin dan Fak.Sosial
Politik Universitas Islam Riau. Dari ribuan jumlah murid muridnya sudah ratusan
yang telah menjadi orang orang berhasil dan yang perlu kita acungkan jempol
ialah bahwa kecintaan dan pengabdian beliau dibidang pendidikan memperlihatkan
hasil yang cemerlang pula bagi putera puteri beliau.
ilustrasi
(putera-puteri beliau)
- Ir.
Azhar AH
- Hamdy
Sjukry AH
- Ir
Hasrul Fuad AH
-
Hasnul Arifin AH
-
Asdineri AH
- Hilal
Basyir AH SH
- Ir
Irsjad AH
-
Dra.Helmiyati AH
- Drs M
Nursjid AH
-
Hafitsjah AH SH
- Drs
Halim AH
- Dra
Hidayanti AH
Pioner
SMA pertama.
Disamping
sebagai pendidik dan pengajar, dalam pembangunan Lembaga lembaga pendidikan
peran sertanya tidak sedikit. Dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, beliau
termasuk salah seorang pioneer bagi usaha berdirinya SMA pertama di Pekanbaru
yaitu SMA Setia Dharma. Bersama sama dengan rekan rekannya (antara lain) Suman
HS, Themas Dulhak mereka mempelopori berdirinya SMA tersebut. Amir Hamzah
diangkat pada saat itu sebagai pengelola keuangan dan adminitrasi serta
sekaligus ditunjuk sebagai guru bahasa Jerman.
Untuk
mendirikan sebuah SMA Negeri pertama (SMA Negeri I Pekanbaru) beliaupun ikut
sebagai salah seorang pelopor. Dengan mengundang pimpinan PT CALTEX PASIFIC
yaitu Mr Harding serta komisarisnya J Tahija, dirapatkanlah rencana tersebut
dengan peserta lainnya dari beberpa instansi terkait. Karena rencana tersebut
menyangkut kepentingan pencerdasan kehidupan bangsa, maka PT Caltex Pasific langsung
menyetujui dan menerima beban yang diberikan yaitu membangun keseluruhan
bangunan SMA tersebut. Setelah selesai pembangunan fisiknya, AmirHamzah bersama
dengan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Kampar dan anggota pemerintahan
kabupaten Kampar H Abdullah Hasan,memperjuangkan status SMA tersebut kepada
Menteri PDK dan berhasil diperoleh. Pada tahun1956 SMA Negeri I Pekanbaru
resmi dipakai, abangnya yang pada waktu itu menjadi Bupati Kampar Abdul Muin Dt
Rangkayo Maharadjo sangat merasa bangga dengan usaha dan jerih payah Amir
Hamzah Dt Tunggal. Tidak hanya sampai disitu saja, beliau adalah juga pelopor
pendirian Peguruan Al Irsjad dan ikut serta sebagai perencana Pembangunan Yayasan
Lembaga Pendidikan Islam serta Universias Islam Riau. Yang perlu kita catat
disini ialah bahwa kecintaan beliau dibidang pendidikan juga berhasil maksimal
pada pendidikan putera puterinya.
Juru
Dakwah dan Khatib
Amir
Hamzah Dt Tunggal 77 tahun (1990) dengan perawakan yang relatif pendek untuk
ukuran orang Indonesia adalah type manusia yang tak mau berpangku tangan.
Disamping kesibukannya sebagai dosen Universitas Islam Riau, beliau juga aktif
sebagai Juru Dakwah Islam, Mubalig dan Khatib mesjid mesjid dan Surau Surau di
Pekanbaru.
Amir
Hamzah Dt Tunggal yang saat ini masih mengisi kehidupan untuk pengabdian, oleh
Bp Muhammad Nasir (mantan Menteri) saat ini Ketua Yayasan Pembangunan Umat
Jakarta masih memberi jabatan selaku Ketua Yayasan Pembanguan Umat cabang
Pekanbaru. Hari tuanya, masih hari kerja baginya, semua usaha dan pekerjaan
selalu diharapkan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Dan memangTuhan telah
merakhmati beliau serta keluarganya. Sesuai dengan bhakti yang diberikannya
kepada daerah Riau, dia memperoleh pensiunan pangkat Ahli Praja Tk I dan sebagai
Bupati Kepala Daerah Inderagiri; dengan Keputusan Menteri Pertahanan tertanggal
12 Maret 1982 nomor SKEP/253/III/1982 dia diberikan penghargaan sebagai Veteran
Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia. Salut sesalut salutnya kepada Bp Amir
Hamzah Dt Tunggal.
Penulis
(Hilal Basyir SH) adalah Alumni FH Universitas Kriten Indonesia,
Saat
ini menjabat selaku Plt Pembantu Bupati Wilayah IV Bintan
Pekanbaru
RIAU
POS (Minggu II Februari 1990)
Amir
Hamzah Dt Tunggal Pejuang, pendidik dan Ulama
Semoga ayahanda dan ibunda tercinta ditempatkan Allah di surga firdaus. Dan kami berkumpul disana kembali. Amiiin..
BalasHapus